Teringat peristiwa terorisme yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar sungguh sangat naif bila masih saja publik melakukan tudingan bahwa agama yang dianutnya selalu mengajarkan upaya tsb.
Aksi kekerasan yang terjadi selama ini mayoritas dilakukan oleh kelompok orang yang meng atas namakan agama dengan menyalah artikan sejumlah pengertian kebaikan untuk dijadikan dalil melakukan tindakan kekerasan atas nama jihad. Semua aksi kekerasan yang atas nama agama sangat tidak dibenarkan, baik menurut hukum agama dan negara.
Apakah agama yang dianut terorisme selalu mengajarkan kekerasan ? Mungkin saya rasa tidak, karna pada dasarnya kita tahu bahwa agama mana yang mengajarkan kekerasan terlebih lagi soal membunuh dan bunuh diri ? Suatu tingkah yang konyol tindakan yang datang ke rumah ibadah lalu meledakkan diri dengan bom, apakah dengan upaya seperti itu surga menanti jiwa mereka di akhirat ? apakah iya bidadari akan menunggu kehadiranya ? sungguh tindakan semacam ini yang dilakukan oleh teroris menurut saya merupakan suatu hal yang absurd. Pendek kata, ketika kasus semacam ini tak lazim lagi kalau masih mengindikasikan bahwa agama yang dianutnya mengajarkan kekerasan, bahwa bom bunuh diri itu kejahatan bukan jihad dan tidak terkait agama apapun.
Dalam buku yang berjudul Pesan Tuhan Kepada Orang Yang Berdosa karya Haidar Musyafa, kehidupan kita selalu dalam kepungan musuh yang selalu mengecam godaan, nafsu dan bujukan rayuan iblis, karna tujuan yang dikampanyekan mereka hanya satu untuk menyesatkan manusia dan berbuat kejahatan kepada lain agamanya.
Inilah yang membuat manusia diantara mereka tidak mampu mempertahankan keimanannya dan ada yang menyimpangkan dan yang menerima ajaran itu tidak mengkaji ulang dengan logikanya bukan malah sekedar perasaan sesaat, mereka hanya mendengar dari orang yang mereka anggap panutan padahal sang panutan itu masih manusia biasa yang bisa saja salah, atau memiliki rasa dendam sehinggga menyimpangkan suatu ajaran agama yang baik dengan sengaja.
Teruntuk kalian pemuda setidaknya ini bisa mengejewantahkan ruang dialog antar umat beragama, lintas iman agar nantinya dapat tercipta pemuda penyebar perdamaian, menolak segala bentuk kekerasan dan menyelesaikan konflik secara langsung tak lain tentu akan berdampak pada lingkungan sekitar.
Berbagai dialog dan lintas iman ini besar kemungkinan memberikan tanda bahwa ajaran agama tidak mengajarkan pada kejahatan namun selalu mengajarkan kebaikan, menjunjung perdamaian tanpa membeda-bedakanya.
Komentar